1. Usia pernikahan
Jika Anda perempuan yang menikah muda, sebelum 18 tahun, peluang perceraian mencapai 48 persen dalam jangka waktu pernikahan 10 tahun.
2. Keinginan memiliki anak
Jika Anda perempuan yang memiliki keinginan lebih kuat untuk punya anak dibandingkan pasangan, ini juga pertanda perceraian. Perbedaan perspektif atau keinginan tentang anak memicu perceraian dua kali lebih besar daripada pasangan yang bersepakat untuk memiliki anak.
3. Jumlah anak perempuan dan lelaki
Jika Anda memiliki dua anak lelaki, peluang perceraiannya mencapai 36,9 persen. Sedangkan dengan memiliki dua anak perempuan, kemungkinan perceraian lebih tinggi, sekitar 43,1 persen.
4. Kadar testosteron
Pria dengan kadar testosteron tinggi kecenderungan perceraiannya juga tinggi, sekitar 43 persen. Sedangkan pria dengan kadar testosteron rendah, peluangnya lebih kecil untuk bercerai.
5. Anak penderita ADHD
Jika anak Anda terdiagnosa menderita ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder), kemungkinan terjadi perceraian sebesar 22,7 persen sebelum anak berusia delapan tahun. Sedangkan orangtua yang memiliki anak sehat tanpa diagnosa ADHD, pernikahannya akan cenderung lebih aman.
6. Kemampuan mengenal dan menerima pasangan
Kemampuan Anda atau pasangan untuk saling menerima atau mengenal lebih dalam memengaruhi kualitas pernikahan. Mereka yang tak saling mengenali individu secara mendalam, cenderung tak langgeng pernikahannya.
7. Foto masa kecil
Perhatikan foto masa kecil Anda. Jika Anda tersenyum, tandanya pernikahan Anda akan langgeng. Sedangkan jika foto saat masih kecil cenderung tanpa ekspresi, ini pertanda tak baik. Anda cenderung lebih mudah bercerai.
8. Bayi meninggal pada usia 20 minggu
Mereka yang pernah mengalami keguguran, dengan bayi meninggal saat usia kandungan 20 minggu, atau meninggal saat persalinan, atau setelah persalinan, memicu problem pernikahan. Kemungkinan perceraian pada pasangan yang mengalami peristiwa buruk ini mencapai 40 persen.
9. Penyakit pada laki-laki dan perempuan
Perempuan yang terdiagnosa kanker memengaruhi hubungan pernikahan. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah tingkat perceraian enam kali lebih tinggi. Sebaliknya, pria yang terdiagnosa kanker, tak lantas membuat pernikahan hancur.
10. Beda bangsa
Pernikahan beda bangsa dan hidup berjauhan menjadi penyebab tingginya tingkat perceraian. Sebagai gambaran jika perempuan dari Asia Tengah menikah dengan pasangan beda kenegaraan dan hidup terpisah, tingkat perceraiannya mencapai 98 persen. Sedangkan perempuan Afrika-Amerika yang tinggal terpisah dengan pasangannya kemungkinan perceraiannya tergolong tinggi (72 persen), namun lebih rendah daripada perempuan Asia Tengah dan perempuan yang tinggal di negara bekas jajahan Spanyol atau Hispanik.
11. Karier
Profesi penari atau koreografer lebih tinggi tingkat perceraiannya, mencapai 43,05 persen. Sedangkan ahli matematika, kemungkinan perceraian 19,15 persen dan pelatih hewan 22,5 persen.
12. Petani versus insinyur
Kehidupan di pedalaman sebagai petani memiliki kemungkinan perceraian lebih tinggi, yaitu 7,63 persen, dibandingkan ahli tenaga nuklir, 7,29 persen.
13. Cedera otak
Entah Anda atau pasangan yang menderita cedera otak, pernikahan akan berujung pada perceraian. Namun jumlahnya tak banyak, hanya 17 persen pasangan yang memutuskan mengakhiri pernikahan karena masalah ini.
14. Perempuan Asia lebih bertahan
Perempuan Asia lebih sedikit yang bercerai pada pernikahan pertamanya, hanya 20 persen. Bandingkan dengan perempuan Hispanik (34 persen), Kaukasian (32 persen), dan Afrika-Amerika (47 persen).
15. Karier militer
Perempuan yang berkarier di militer memiliki kecenderungan perceraian 250 persen lebih tinggi. Sebaliknya, pria yang berkarier di militer pernikahannya aman-aman saja.
Faktor ini hanyalah data kasar. Tentunya Anda dan pasangan memiliki cara mempertahankan hubungan pernikahan dengan adanya kompromi dan toleransi. Bagaimana menurut Anda?
No comments:
Post a Comment