Kepada 92 pasangan yang sudah menikah sekitar dua tahun, periset menanyakan kepuasan mereka dalam perkawinan, riwayat depresi, penyalahgunaan minuman beralkohol, hingga penggunaan agresivitas fisik dalam memecahkan persoalan perkawinan. Selain itu, secara langsung responden juga diminta berdiskusi membahas permasalahan seputar perkawinan.
Dari situ diketahui, pasangan yang hidup bersama sebelum menikah kurang bersikap positif, dan justru bersikap negatif, bila harus membahas persoalan dalam perkawinan dan menyediakan dukungan bagi pasangan mereka. Sebaliknya, secara verbal mereka lebih agresif dan lebih mudah saling bersikap bermusuhan dibandingkan dengan pasangan yang sebelumnya tidak “kumpul kebo”.
Penyebab itu semua, periset menduga, ada kemungkinan saat memasuki perkawinan pasangan yang pernah “kumpul kebo” memiliki komitmen yang lebih rendah. “Iklim hubungan yang sangat terbuka mungkin menyebabkan mereka kurang termotivasi untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan konflik,” lapor peneliti dalam Journal of Marriage and Family.
Menurut peneliti, memang tidak semua pasangan “kumpul kebo” bercerai. Namun, kenyataan bahwa keterampilan komunikasi antarpasangan yang mereka miliki rendah, para penasihat perkawinan bisa mulai membenahi kekurangan ini bila menghadapi persoalan pasangan yang pernah “kumpul kebo”.
No comments:
Post a Comment